Ket foto : Nampak panitia perayaan HUT GKR ke 58.
Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE – Panitia Hari Ulang Tahun ( HUT ) Gerakan Kebangunan Rohani ( GKR ) ke 58 mengaku siap mensukseskan kegiatan tersebut yang akan berlangsung pada tanggal 21-26 September 2023 mendatang.
Hal ini diungkapkan ketua panitia,Parco Salem,S.Pd kepada SUARA TTS.COM di halaman gereja Maranatha Soe,Rabu 20/9/2023.
” Kita akan berupaya maksimal dan optimis untuk mensukseskan kegiatan HUT GKRI ke 58″,ujar Parco yang juga kepala desa Kuatae ini.
Dijelaskan bahwa perayaan HUT GKR ke 58 kali ini mengusung Thema : MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS DALAM TUNTUNAN ROH KUDUS dan sub Tema : Kegiatan Keagamaan telah mengambil tempat sebagai pernyataan kasih kepada Allah.
Kegiatan ini lanjut Parco, didukung oleh Klasis Soe,pemuda Klasis Soe,Yayasan Utus Soe dan Tim Citra Soe.
Ia menjelaskan bahwa selama lima hari perayaan HUT GKR akan diisi dengan aneka kegiatan seperti GKR Goes to school,Doa dan kesaksian, Seminar dan KPI,Napak tilas,Long March,dan malam pengutusan.
KPI dilaksanakan di Gereja Maranatha SoE dan juga di GOR Nekmese Soe. Selain itu KPI juga rencananya akan dilaksanakan di sejumlah sekolah di Kota Soe dan sekitarnya dengan menghadirkan hamba-hamba Tuhan dari Jakarta dan berbagai tempat serta sejumlah Pendeta yang berasal dari Klasis Soe.
“Ada kegiatan tambahan yaitu KPI di Rutan Kelas II B Soe yang akan berlangsung pada Sabtu 23/09/2023 dengan pembicara, Isaac Israeli Djawa Asal Belanda”,ujar Parco.
Terpisah, ketua Pemuda Klasis Soe Rens Benu mengatakan bahwa peristiwa air berubah menjadi anggur yang terjadi tahun 1965 harus terus diberitakan.
“Kuasa dan mujizat Tuhan yang terjadi pada 58 tahun lalu, menjadi kesaksian yang harus terus disampaikan kepada jemaat Tuhan terutama bagi pemuda- pemudi Kristen”,ujar Rens.
Untuk diketahui, GKR adalah peringatan peristiwa gerakan Roh Kudus yang terjadi pada 26 September 1965 atau 4 hari sebelum peristiwa G30S PKI.Pada tanggal 26 September 1965 lawatan Tuhan yang luar biasa terjadi di kota ini bermula dari sebuah sesi doa malam yang diikuti oleh kurang lebih 200 orang. Sesi doa malam itu dilakukan di sebuah gereja presbyterian yang dikenal dengan nama GMIT Maranatha yang juga merupakan gereja tertua di Soe. Tata cara doa yang dilakukan adalah menggunakan liturgi dimana semua doa telah tercatat dalam lembaran sehingga ada urutan doa yang jelas.
Saat sesi doa berlangsung, angin kencang juga mulai mengguncang tempat itu, orang-orang akhirnya mulai berdoa serentak bahkan di luar dari doa-doa yang telah tercatat sehingga seperti menciptakan gaya baru untuk menyembah Tuhan. Orang-orang mulai mengangkat tangan, memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan dengan ekspresi masing-masing, bahkan ada juga yang menggunakan bahasa-bahasa yang baru. Beberapa bahasa tersebut diketahui merupakan bahasa Perancis, Jerman, Inggris dan Ibrani, padahal mereka sama sekali tidak pernah belajar bahasa-bahasa tersebut. Disaat yang sama, banyak orang berbondong-bondong datang ke gereja karena melihat kobaran api yang besar yang membakar gereja, tetapi ternyata gereja tidak terbakar sama sekali.
Hal ini menjadi awal mula terjadinya kebangunan rohani di pulau Timor. Banyak tim-tim penginjilan yang dibentuk untuk menginjil diberbagai daerah, termasuk daerah pedalaman. Mujizat-mujizat yang luar biasa kembali terjadi saat tim-tim penginjilan melakukan pelayanan.
Ada tim penginjilan yang oleh tuntunan Roh Kudus dapat berjalan diatas air ketika harus menyebrangi sungai yang arusnya cukup deras untuk menginjil disebuah desa. Banyak kuasa gelap yang dikalahkan sehingga banyak orang yang bertobat dan menanggalkan jimat-jimat mereka, air yang berubah menjadi anggur saat perjamuan kudus, orang-orang yang berbondong-bondong datang ke gereja pada pagi hari karena pada malam sebelumnya mendengar paduan suara rohani padahal pada malam itu tim penginjilan tiba tengah malam dan langsung beristirahat, ada juga tim yang tetap selamat walaupun memakan makanan yang telah diberikan racun tanpa sepengetahuan mereka di mana kemudian hal ini diakui oleh warga yang memberikan racun dalam makanan tersebut dan masih banyak lagi mujizat yang terjadi saat itu.(Rey)