Mengenal Lebih Dekat KPAD Kabupaten TTS

Berita, Kesehatan424 Dilihat

Ket Foto : Ketua KPAD TTS, Okto Nabunome

Laporan Reporter SUARA TTS. COM, Dion Kota.

SUARA TTS. COM | SOE – Komisi Penanggulan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten TTS merupakan garda terdepan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten TTS. KPAD TTS dibentuk pada tahun 2007 silam setelah terditeksinya pasien yang terpapar HIV/AIDS di Kabupaten TTS.

Antoneta Liufeto Tanaem didaulat untuk memimpin lembaga tersebut sejak tahun 2007 hingga 2018.

Setelah era kepemimpinan Antoneta berakhir, KPAD TTS sempat vakum selama kurang lebih dua tahun sebelum Alexsander Kono dipercaya menjadi sekertaris KPAD Kabupaten TTS pada tahun 2020 hingga 2021. Pada tahun 2022, Okto Nabunome dipercaya Bupati TTS, Egusem Tahun untuk memimpin KPAD TTS.

Okto mengatakan, pembentukan KPAD memiliki beberapa tujuan umum. Pertama, untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran HIV/AIDS. Kedua,  untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan Aids (ODA) dan orang dengan HIV (ODIV). Ketiga, untuk menyediakan dan menyebarkan luaskan informasi terkait upaya penanggulan HIV/AIDS.

“ Tujuan utama kita (KPAD) adalah untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus ini. Untuk itu, kita aktif melakukan sosialisasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV/AIDS,” ungkap Okto kepada SUARA TTS. COM, Rabu 25 Januari 2023 di ruang kerjanya.

Dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyebaran HIV/AIDS lanjut Okto, KPAD Kabupaten TTS bermitra dengan Dinas Kesehatan, RSUD Soe, Dinas Sosial, Dinas P3A, BKKBN serta Yayasan Sanggar Suara Perempuan (YSSP). Tahun ini, KPAD juga akan membangun kemitraan dengan PLAN dan WVI dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyebaran virus HIV/AIDS di TTS.

“ Tahun ini kita akan tambah kemitraan lagi dengan Yayasan PLAN Indonesia dan WVI,” ujarnya. Ket foto : Ketua KPAD TTS, Okto Nabunome bersama staf.

Untuk mencapai tujuannya, KPAD Kabupaten TTS melaksanakan aneka kegiatan seperti sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat dan para pelajar (SMA/SMK) serta mahasiswa, melakukan kunjungan rumah terhadap ODA/ODIV untuk mengetahui kondisi penderita, melakukan supervisi terhadap ODA/ODIV  dan lingkungan sekitar ODA/ODIV tinggal, memfasilitasi ODA/ODIV untuk berobat dengan menyediakan uang transportasi dan melakukan pertemuan kelompok dukungan sebaya (KDS) sebanyak tiga kali sebulan dengan tujuan berbagi informasi dan juga saling menguatkan.

“ Kita memiliki anak kegiatan baik yang kita lakukan bersama ODA/ODIV maupun dengan masyarakat umum. Hal ini sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran HIV/AIDS,” terangnya.

Dalam melaksanakan fungsinya, KPAD tak lepas dari hambatan dan tantangan. Dijelaskan Okto, KPAD mengalami sejumlah hambatan dan tantangan dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten TTS.

Hambatan dan tantangan yang dialami seperti, penyebaran ODA/ODIV yang luas (hampir di 32 kecamatan), tenaga yang terbatas, fasilitas yang terbatas, anggaran yang minim hingga ODA/ODIV yang memiliki sifat tertutup.

“Penyebaran  ODA/ODIV ini hampir ada di 32 kecamatan di Kabupaten TTS. Bayangkan dengan menyebarkan yang luas ini, kita di Sekertariat hanya 3 orang tanpa ada kendaraan dinas (mobil) untuk mempermudah menjangkau mereka. Belum lagi kita bicara anggaran yang jujur saja masih sangat minim. Belum lagi, beberapa ODA dan ODIV memiliki sifat tertutup dan tidak mau bergabung dalam KDS. Bahkan mereka secara diam-diam berpindah tempat tinggal karena merasa malu,” jelas mantan Kadis Perikanan ini.

Kendati demikian, Okto menegaskan, KPAD Kabupaten TTS tetap bekerja maksimal. Sesuai target nasional, pada tahun 2030 mendatang tidak boleh ada lagi kasus baru HIV/AIDS.

“ Dalam keterbatasan yang ada, kita tetap bekerja maksimal untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten TTS,” katanya.

Disinggung terkait data penderita HIV/AIDS di TTS, Okto menyebut sejak tahun 2007 hingga Desember 2021 tercatat 147 warga TTS meninggal akibat HIV/AIDS. Tercatat 457 warga TTS menghidap HIV/AIDS selama periode tersebut.

“ Sejak tahun 2007 hingga Desember 2021 tercatat 457 warga TTS terinfeksi HIV/AIDS. Dari total tersebut, 147 di antaranya meninggal dunia,” bebernya. (DK)

Editor : Erik Sanu 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *