Example 728x250
SOSIAL

Indahnya Toleransi, Non Muslim di Alor Bantu Pembangunan Masjid

103
×

Indahnya Toleransi, Non Muslim di Alor Bantu Pembangunan Masjid

Share this article
Example 468x60


\"\"
Bangunan Megah Masjid Agung Al Fatah yang terletak di Jl. RA.Martini Teluk Mutiara Kalabahi, Kabupaten Alor, NTT (Foto: NTT UPDATE / Pepenk)

KALABAHI –  Bukti nyata toleransi antarumat beragama di kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah tidak asing lagi didengar. Kerjasama antarumat beragama di daerah ini terus kokoh merawat warisan dari nenek moyang melalui semboyan etnis Abui, Alor ‘Tara Miti Tomi Nuku’ yang mempunyai makna keragaman suku dan latar belakang dalam satu kesatuan hidup serta tujuan yang sama.

Example 300x600

Sebagai salah satu contoh kongkret, terungkap dalam acara pemasangan simbol bulan bintang (Kamusang) di Kuba Masjid Agung Al Fatah Kalabahi, Alor, Selasa, (23/7/2019) pagi.  Dalam kesempatan tersebut, Bupati Alor, Drs Amon Djobo menutrukan, masjid Agung Al Fatah kalabahi yang megah ini, tentunya tidak diupayakan sendiri oleh panitia, tetapi dibantu juga tangan-tangan yang terberkati termasuk non muslim di daerah yang dimpimpinnya.

\"\"
Suasana acara pemasangan simbol bulan bintang (Kamusang) di Kuba Masjid Agung Al Fatah Kalabahi, Alor, Selasa, (23/7/2019) pagi (Foto: NTT UPDATE / Pepenk)

\”Artinya dukungan yang luar biasa untuk pembangunan rumah-rumah ibadah apakah itu Masjid, Gereja, Pura maupun lainnya. Ini menunjukan kerukunan dan toleransi kehidupan di daerah ini dalam mewujudkan rumah ibadah yang baik. Ini datang dari satu generasi ke genarasi lainnya,\” ungkap Bupati Dua Periode ini.

Bupati Djobo juga berharap agar sejarah pembangunan Masjid dan toleransi di Kabupaten Alor harus terus dilanjutkan dan dikenang untuk generasi yang akan datang.

\”Ini merupakan satu-satunya hal yang perlu dibina dan dijaga untuk kita yang hidup saat ini,\” sambungnya.

Kepada jamaah masjid Agung Al Fatah Kalabahi, bupati Alor juga meminta agar tetap berhati agung dalam memuji dan membesarkan nama Tuhan seperti nama Masjid Agung ini.

\”Hal-hal yang tidak pantas dan tidak patut yang ketika kita mulai meletakan batu pertama sampai dengan pemasangan bulan bintang hari ini, jangan ada yang pukul dada. Kalau demikian, nikmat hidup dan penyertaan Tuhan dalam pekerjaan kedepan tentunya tidak ada,\” harap Djobo.

Sementara itu, Ketua DPRD Alor Martinus Alopada mengatakan, penguatan yang berkaitan dengan iman dan keagamaan merupakan hal yang tidak dipisahkan dari aktifitas pelaksanaan pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan.

\”Untuk itu kami mendukung semua kegiatan baik ini. Semua harus bersinergi, seiring sejalan, sekaligus menumbuhkembangkan persatuan, kesatuan, kekeluargaan dalam bingkai NKRI terkhusus lagi dalam bingkai daerah kita tara miti tomi nuku, kakari opung anang,\” ujar Martinus.

Hadir dalam kegiatan ini, Wakil Bupati Alor Imran Duru, S.Pd, Dandim 1622/Alor Letkol Inf. Supyan Munawar S.Ag, Wakapolres Alor Kompol M. Arief Sadikin, pimpinan OPD Kabupaten Alor serta undangan yang hadir.

Sejarah Masjid Al Fatah Kalabahi

Sisi lain dari acara pemasangan kuba bulan bintang Masjid Agung Al Fatah Kalabahi, Selasa (23/7/2019), menjadi suatu momen berharga bagi umat Islam di Kalabahi ibukota Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua panitia pembangunan masjid, Muhammad Bere, SH pada acara tersebut menuturkan kisah kelam lika-liku keberadaan masjid Al Fatah di bumi Nusa Kenari ini.

Masjid Masjid Agung Al-Fatah Kalabahi, namanya terdengar tidak asing lagi di telinga bagi warga Alor, dilihat dari keberadaannya, masjid ini adalah masjid tertua di kota Kalabahi yang didirikan sejak 1916 sialm. Masjid yang terletak di Jl. RA.Martini Teluk Mutiara Kalabahi yang juga merupakan pusat ibukota kabupaten Alor ini menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam di daerah ini.

Seiring perpindahan ibukota Kerajaan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi, 103 tahun silam itu, Masjid Alfatah saat itu masih berupa tempat pengajian atau taman pendidikan agama islam yang dipimpin seorang ustadz asal padang yang disapa akrab dengan sebutan “Engku Padang”.

Tak hanya itu, selain menjadi tempat pengajian, juga menjadi Musholla bagi warga muslim yang mulai berdatangan di Kota Kalabahi untuk shalat berjamaah, baik shalat lima waktu maupun shalat Jum\’ad.

Dengan berjalannya waktu, pada tahun 1926, Kota Kalabahi semakin didatangi dan dihuni oleh umat Islam dari berbagai komunitas,seperti dari Alor Kecil, Ata Urung, Dulolong, Alor Besar, Binongko, Ende, Kupang.

Penduduk muslim makin bertambah dan kebutuhan akan rumah ibadah yang layak, maka atas inisiatif Langko Panara (Alm), mewakafkan sebidang tanah pribadinya serta bermusyawarah dengan para tokoh paguyuban, membangun sebuah masjid berkonstruksi kayu sebagai tempat ibadah.

Alhasil, dengan rasa kebersamaan, saling bahu membahu para tokoh perintis itu berhasil membangun sebuah masjid  pada tahun 1928 dan diberi nama Masjid Kota Kalabahi dan bertahan hingga tahun 1979.

Pada tahun 1970 saat terbentuknya Kantor Departemen Agama Kabupaten Alor, oleh Kepala Seksi Penerangan Agama Islam Bura Abdullah (Alm), melaksanakan musyawarah bersama para imam se-Kabupaten Alor untuk memberikan nama-nama masjid dan Masjid Kota Kalabahi diubah namanya menjadi Masjid Al – Fatah, yang artinya Masjid Pembukaan.

Berdasarkan regulasi tentang nomenklatur status masjid secara nasional dari pusat sampai ke daerah yaitu Pusat (Masjid Negara), Propinsi (Masjid Raya), Kabupaten (Masjid Agung), Kecamatan (Masjid Besar), Desa/Lurah (Masjid Jami). Kendati demikian, kepala Kemenag Alor H. Burhanuddin Kia. BA saat itu, menetapkan statusnya menjadi Masjid Agung Tingkat Kabupaten Alor melalui Surat Keputusan.

Selain komunitas perintis, jamaah pendukung Masjid Agung Al – Fatah semakin banyak dengan bertambahnya komunitas yang berasal dari Ampera, Lembata, Baranusa, Bima, Sulawesi, Padang dan lainnya.  Semuanya berkolaborasi menjadi Jamaah Masjid Agung Al  – Fatah bersatu padu mempunyai rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa berperan aktif membangun, membina dan memakmurkan masjid.

Karena termakan usia, sekitar tahun 1980, masjid ini pun direnovasi untuk kedua kalinya. Pada tahun 1991, terjadi gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan sebagian besar bangunan masjid sehingga direnovasi kembali. Namun pada 2004, terjadi lagi gempa tektonik yang meluluhlantakan Alor, menyebabkan kerusakan cukup parah bagi bangunan masjid ini.

Melalui kesepakatan jamaah, diadakan renovasi total dengan pertimbangan, Masjid Agung Al – Fatah Kalabahi adalah masjid pertama di Alor dan satu-satunya berada di pusat Kota Kalabahi.

Bermodalkan semangat, pada tahun 2011, diadakan peletakan batu pertama pertanda pekerjaan rehabilitasi total dimulai dan hingga kini sudah memasuki tahun ke 8 dan pekerjaan baru mencapai 60 %.

Target panitia, waktu 5 tahun masjid ini harus sudah rampung. Hal ini disebabkan oleh latar belakang kehidupan sosial ekonomi jamaah yang beragam menyebabkan pekerjaan menjadi sulit untuk diselesaikan tepat waktu. Masjid/Mushollah pertama dipimpin oleh Badan Syarah saat itu yakni Imam : Langko Panara (Alm), Khotib : Koteng dan Djae Ratu (Alm), Bilal : Ama Ledang, Djou Fatang Enga, dan Djam Hari  (Alm), Marbot : Djafar Malaku (Alm). (*Pepenk).

Example 300250
Example 120x600