Ket Foto : Nampak peserta Lokakarya dan diskusi kelompok terfokus identifikasi opsi program pemulihan fungsi hutan dan bentang alam secara partisipatif
Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE – The International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) menggelar Lokakarya dan diskusi kelompok terfokus identifikasi opsi program pemulihan fungsi hutan dan bentang alam secara partisipatif di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Rabu 7 – Kamis 8 Februari 2023, bertempat di Hotel Timor Megah Soe.
Kegiatan lokakarya tersebut merupakan kerjasama antara ICRAF dan Bappeda Kabupaten TTS. Sejumlah OPD dari Provinsi NTT hadir yaitu Bappelitbangda Dinas LHK,BP DAS Beneain dan Noelmina, Balai Besar KSDA,Forum DAS. Sedangkan OPD Kabupaten TTS terdiri dari Dinas TPHP,Dinas Lingkungan, Dinas Ketahanan pangan,Dinas PMD, Dinas P3A, Dinas Peternakan dan Keswan, Dinas PUPR serta Unit KPH TTS.
Selain itu juga ada LSM yaitu Yayasan SSP, Krisna Foundation dan Yayasan Mitra Tani Mandiri.
Peneliti Senior ICRAF,Suyanto kepada SUARA TTS.COM mengatakan Lokakarya dan diskusi kelompok terfokus identifikasi opsi program pemulihan fungsi hutan dan bentang alam secara partisipatif bertujuan menentukan area prioritas pemulihan fungsi hutan dan bentang alam serta identifikasi opsi pemulihan fungsi hutan dan bentang alam secara partisipatif.
Menurutnya,banyak lahan kritis dan resiko bencana sehingga bentang lahan perlu dipulihkan dan diperbaiki karna itu melalui kegiatan lokakarya, pihaknya ingin tentukan lokasi mana yang perlu dipulihkan dan progam apa yang harus dilakukan.
“Dari sini kita lakukan diskusi dan fokus ke kelompok hutan misalnya di KPH,programnya seperti jaga hutan ,cegah kebakaran, patroli dan sebagainya. Banyak petani dapat lahan tapi belum dikelola optimal,sehingga harus ada program agar dikelola dengan baik”, ujarnya.
ICRAF bersama dengan Global Affairs Canada (GAC) saat ini menjalankan kegiatan Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods (Land4Lives) di Provinsi terpilih Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Melalui implementasi Land4Lives, diharapkan akan tercipta peningkatan kualitas penghidupan, ketahanan pangan, mata pencaharian dan ekonomi lokal yang tahan perubahan iklim, terutama bagi kelompok rentan, termasuk di dalamnya perempuan dan anak perempuan di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tiga paket kerja telah dirancang dan diharapkan dapat terlaksana sesuai rencana dan waktu yang telah ditetapkan:
(1) penguatan tata guna lahan dan pembuatan kebijakan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang menguntungkan masyarakat miskin dan rentan di provinsi-provinsi terpilih di Indonesia dan mengurangi emisi dari LULUCF,
(2) perbaikan pengelolaan bentang lahan oleh para pihak (pengelola dan pengguna lahan) dalam menjaga fungsi dan jasa lingkungan untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, baik kaum wanita maupun pria, pada bentang lahan yang merupakan fokus proyek.
(3) peningkatan mata pencaharian yang tahan terhadap iklim dan ketahanan pangan bagi masyarakat miskin dan rentan, terutama perempuan.
Salah satu hasil yang ingin dicapai pada paket kerja 2 adalah meningkatkan komitmen dalam mengembangkan kebijakan dan program pemulihan fungsi hutan dan bentang alam yang mampu mendorong partisipasi kelompok masyarakat paling rentan, terutama perempuan.
Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil tersebut adalah pemetaan area lindung dan produksi serta area prioritas pemulihan fungsi hutan dan bentang alam, identifikasi opsi program/strategi pemulihan fungsi hutan dan bentang alam secara partisipatif yang berkeadilan gender.
Dijelaskan,Lokakarya dan diskusi kelompok bertujuan untuk melakukan identifikasi opsi program/strategi pemulihan fungsi hutan dan bentang alam dengan kerangka DPSIR.
dan juga merumuskan kegiatan, pelaksana dan indikasi lokasi untuk setiap opsi program/strategi pemulihan fungsi hutan dan bentang alam.(Sys).
