Ket foto : Ilustrasi
Laporan Reporter SUARA TTS. COM, Dion Kota.
SUARA TTS. COM | SOE – Oktovina Lado, Istri Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun ikut berburu kursi “wakil rakyat” dalam Pileg 2024 mendatang. Oktovina maju sebagai calon legislatif (Caleg) dari Partai Golkar. Mantan ASN ini bertarung pada Dapil I dengan mengantongi nomor urut 3. Tak hanya Istri Bupati, Anak Wakil Bupati TTS, Jhony Army Konay juga itu berburu kursi “wakil rakyat” pada Pileg kali ini. Bernaung di bawah partai pimpinan sang ayah, Bung Yusuf Konay maju sebagai Caleg Dapil V.
Tak hanya kursi DPRD TTS, pantauan SUARA TTS.COM pada pengumuman DCS yang diterbitkan Timex, terlihat nama anak perempuan Wakil Bupati TTS yang masuk Caleg untuk memperebutkan kursi DPRD Propinsi NTT. Meyke Chyntia Konay maju bertarung dari Partai Nasdem untuk daerah pemilihan 8, Kabupaten TTS.
Pesona kursi wakil rakyat juga menarik birokrat untuk terjun ke medan Pileg 2024. Beberapa bahkan rela mengajukan pensiun dini untuk bisa bertarung pada Pileg mendatang. Ada nama Samuel Fallo, yang mengajukan pensiun dini untuk bisa maju Caleg dari Partai Golkar dan bertarung di Dapil III. Ada juga Alex Letuna yang maju dari partai Demokrat dan bertarung di Dapil III. Johanis Baok atau yang akrab disapa Jis juga mengajukan pensiun dini untuk bertarung pada Pileg 2024 Dapil III dari Partai Nasdem. Selain ketiga nama tersebut ada nama Marthen Natonis yang maju sebagai Caleg dari partai Perindo untuk Dapil IV. Menariknya, Marthen kini menjabat sebagai Ketua DPD Perindo TTS.
Panggung Pileg 2024 juga diramaikan dengan kehadiran tokoh agama. Beberapa Caleg diketahui merupakan pendeta. Sebut saja ada nama Simon Petrus Benu dan Eben Telnoni yang sudah masuk masa emeritus. Selain keduanya ada beberapa caleg lainnya yang juga merupakan pendeta.
Ada juga perangkat desa yang mundur untuk maju Pileg seperti Kornelis Tanono, mantan sekertaris desa Pusu. Ada juga kepala desa yang mundur untuk bertarung pada Pileg kali ini. Fendy Pulle, mantan kades Konbaki memutuskan mundur guna bertarung dibawah naungan Partai Perindo untuk Dapil II. Ket foto : Pengamat Politik, Dr. Ahmad Atang.
Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, MSi ikuti menyoroti fenomena politik yang berbasis keluarga. Dalam satu keluarga terdapat isteri, anak, menantu bahkan kerabat terlibat menjadi caleg. Hal ini menggambarkan bahwa ada krisis figur dan kemunduran fatsun politik. Keadaban politik mengalami degradasi karena demi kekuasaan orang tidak lagi melihat aspek kepantasan.
Dalam politik dan demokrasi memang fakta tersebut tidak dilarang, namun jika dilihat dari budaya politik akan menjadi preseden jika kekuasaan terpusat pada satu keluarga. Oleh karena itu, aspek rekruitmen perlu mendapat perhatian dalam proses seleksi caleg.
“ Terkait dengan hal ini, maka yang patut disesali adalah partai politik. Sebagai institusi demokrasi, partai harusnya tidak membangun politik dinasti dengan memperlebar sayap kekuasaan politik yang bertumpu pada keluarga dan kerabat. Apa yang dilakukan oleh partai tersebut menunjukan bahwa partai tidak memiliki kader dan tidak mempunyai tanggungjawab dalam membangun kualitas demokrasi. Partai yang demikian hanya mengejar kekuasaan tanpa memperdulikan etika politik dan demokrasi,” terang Ahmad kepada SUARA TTS. COM, Rabu 23 Agustus 2023.
Terkait adanya ASN yang memilih pensiun dini demi maju sebagai Caleg, Ahmad menyebut arena politik adalah arena yang bebas untuk siapa pun termaksud ASN yang sudah pensiun.
ASN yang mengajukan pensiun dini demi masuk politik tentunya memiliki perhitungan tersendiri.
Sebagai mantan pejabat dikatakan Ahmad, para mantan birokrat tersebut memiliki modal sosial yang akan dikapitalisasi menjadi modal politik untuk meraih dukungan elektoral.
Para mantan birokrat dinilai masih memiliki kapasitas dan usia yang relatif produktif untuk bertarung di panggung politik.
“ Dalam politik, orang harus memiliki modal politik, modal sosial dan modal finansial. Saya kira para mantan birokrat memiliki semua modal itu sehingga ada rasa kepercayaan diri yang kuat untuk terjun ke politik walaupun harus menempuh jalan pensiun dini,” jelasnya.
Disinggung terkait peluang keluarga pejabat dan mantan birokrat untuk meraih kursi, Ahmad menyebut semua akan tergantung pada kemampuan masing-masing dalam membangun tim dan jaringan.
“ Peluang politik sangat tergantung kemampuan mereka membangun jaringan dan memaksimalkan media untuk meraih simpati publik,” pungkasnya. (DK)
Editor : Erik Sanu